Tips & Pengalaman Meraih Beasiswa IATSS Forum Jepang


Apa itu IATSS Forum? Menurut pengertian dan pengalaman saya, Beasiswa IATSS Forum adalah beasiswa yang diberikan oleh Perusahaan Honda Jepang kepada profesional-profesional muda yang mewakili negara-negara Asia Tenggara untuk mengikuti pelatihan, seminar, research, dan tour di bidang manajemen, kepribadian kerja dan kebudayaan. Beasiswa ini termasuk sangat mewah menurut saya karena hampir selama 2 bulan kita tinggal di Hotel Mewah Suzuka Sirkuit Hotel, sebuah hotel berfasilitas lengkap disamping Suzuka Sikuit. Selain itu kita juga berkesempatan mengunjungi lebih dari 5 kota di Jepang dengan berbagai jenis transportasi dari Bus, Tram, Pesawat, Kereta Api Monorail, Kereta Api otomatis, hingga Kereta Api Tercepat di dunia (Shinkansen). Bagi saya beasiswa ini akan sangat membantu kita membuka wawasan kita akan kemajuan teknologi dan budaya jepang, menjadikan kita menjadi pribadi-pribadi yang terbuka terhadap perbedaan dan ilmu pengetahuan, mengasah kemampuan manajemen dan kerja sama kita, melatih keberanian dan ketrampilan berdiskusi, presentasi dan mempertahankan pendapat kita di forum internasional, serta melatih kita melaksanakan penelitian secara kelompok lintas agama dan bangsa. Pengin detail tentang beasiswa ini silahkan akses di http://www.iatssforum.jp/
Tahun 2003, adalah tahun di mana saya dikaruniakan Alloh beasiswa ini. Beasiswa ini adalah beasiswa internasional saya yang pertama kali. Persis pada tahun ini saya juga telah mulai berdoa memohon kepada Alloh dalam setiap kesempatan selesai sholat, ” Ya Allooh karuniakan hamba kesempatan ke luar negeri tahun ini”…Aneh ya doa saya, ya begitulah kalo saya berdoa, kelihatan lugu dan bodohnya dalam mengolah kata. Mungkin akan banyak teman yang membaca tulisan saya ini kemudian menghujat cara saya berdoa. Emang saya pikirin :) …lha wong Alloh saja membolehkan…selalu urusan saya hanya dengan Tuhan saya ….
Malu sebenarnya mengatakan, bahwa beasiswa IATSS ini bukan hanya beasiswa yang mengantarkan saya pertama kali ke luar negeri, namun juga beasiswa yang memberikan kesempatan saya NAIK PESAWAT TERBANG untuk pertama kali.. Ndeso banget ya aku!!! :) Ben!!!….Sampai umur 27 tahun saya yang seorang anak bakul kampung belum pernah tahu rasanya dan caranya naik Montor Mabur, sampai akhirnya karunia beasiswa IATSS ini bukan hanya memberi saya kesempatan naik pesawat 1x malah langsung 8x sejak berangkat hingga pulang kembali ke Indonesia. Alhamdulillaaaah…O iya, IATSS Forum ini pula yang memberikan kesempatan kepada saya untuk pertama kalinya berani PRESENTASI DALAM BAHASA ENGLISH di Forum Internasional. Ha…ha…ha…gila! luucu…mawut..bahasa Englishku saat itu… :) sing penting berani..dong ra dong karepmu :) Untuk pertama kalinya juga saya memiliki pengalaman Tampil di Depan Forum Internasional Nyanyi Solo sendiri dalam bahasa Indonesia dan Jepang hanya dengan bermodalkan KENCRUNG..serta untuk pertama kalinya saya bertemu seorang duta besar (Duta Besar Indonesia untuk Jepang) di sana. Pokok e…semuanya serba pertama kali bagiku, membuat saya anugerah beasiswa IATSS Forum ini adalah beasiswa yang sangat teramat istimewa!!!
Mau mbaca cerita lucunya Proses Ikhtiar saya meraih beasiswa ini? :
Ide melamar beasiswa ini berawal dari sahabat baik saya mas Satoto, seorang sahabat saya di SMA 1 Yogya dulu yang kini tengah mengambil S3 di Jerman. Saat itu sebenarnya dia telah lolos seleksi beasiswa IATSS ini, namun karena ia juga diterima di Belanda, dengan sangat menyesal ia melepas beasiswa ini. Saat itu, kebetulan saya main kerumahnya, rupanya Alloh berkenan membuka jalan rizqi beasiswa ini kepada saya melalui media silaturahmi ini.
“Kalo saya yakin..dengan kualitas mas Tony ini, mas pasti bisa dapat beasiswa IATSS ini”, begitu kata-kata sahabat saya Satoto memotivasi saya untuk melamar beasiswa ini sambil menyerahkan berkas formulir pendaftaran yang masih kosong.
Tahun 2001, saat itu pertama kali saya melamar beasiswa IATSS Forum. Dengan kemampuan bahasa English yang terbatas, seluruh isian form saya masih saya minta untuk dicheck sahabat saya yang lain yang lebih mumpuni dalam bahasa English, Desy. Tahun itu lamaran pertama saya kandas gagal tidak dipanggil wawancara :(
Tahun 2002, untuk kedua kali saya mencoba melamar beasiswa ini. Kini lebih berani saya mengisi form sendiri serta menulis essay tentang pentingnya pendidikan dalam keluarga dalam bahasa English. Berkali-kali saya mengecheck sendiri setiap isian form dan tulisan English saya, saya lengkapi tulisan saya dengan warna tinta yang berbeda-beda setidaknya akan membuat aplikasiku lebih menarik dan berbeda dari pelamar lain pikirku. Awal tahun 2003, Alhamdulillaaah saya dipanggil untuk mengikuti tes wawancara.
Ini dia….rangkaian pengalaman wawancara beasiswa pertama kali yang aku jalani. Lucu namun berakhir bahagia karena akhirnya saya diterima (untung diterima kalo tidak pasti isinya cuman malu)
Berangkat dari Yogyakarta ke Jakarta, saya memilih naik Kereta Api tentu dengan alasan ekonomis. Berangkat malam dan sampai di Jakarta pagi hari sekitar jam 4.30. Dengan pakaian seadanya, saya memilih “style mahasiswa”, sampai stasiun Gambir langsung antri di depan WC statisiun untuk mandi, buang air besar dan ganti. Hal yang masih saya ingat saat itu, saat saya antri di depan WC stasiun Gambir dengan pakaian seadanya bertemu Guru Ngaji saya di S2 yang berpakaian jauh lebih rapi dari saya -Ustadz Cahyadi…kaget dan malu menerangkan kenapa saya ke Jakarta :) Tanpa malu-malu selesai buang air dan mandi saya “berubah” disamping WC stasiun dari pakaian seadanya berganti Jas dan Dasi Perlente. Masih jam 5.30 kuputuskan untuk mencari taxi menuju hotel tempat wawancara. Pokoknya lebih awal lebih baik pikirku saat itu.
Seperti dugaan semula, sekitar jam 6-an saya tiba di hotel dan langsung mencari ruangan tempat wawancara. Tentu lah ruangan itu sama sekali belum siap dan masih dalam penataan. Selang setengah jam, seorang ibu tua turun dari lantai atas dan mulai menyapa saya yang duduk rapi berpakaian lengkap berjas berdasi meski hari masih terlalu pagi. Itulah saat pertama kali saya mengenal Mbak Anne, seorang sekretaris senior ASTRA Indonesia. Jadi temen-temen bisa banyangkan, sejak jam 6 pagi saya telah datang sendiri dan berpakaian sangat formal hingga rasanya tercekik karena dasi ini.
Saat waktu berlalu, satu demi satu peserta wawancara mulai berdatangan…Blaik!! nggak ada yang pake Jas Lengkap kaya’ aku!!! waduh, bener nggak nih kostum ku? aku mulai khawatir saat itu jangan-jangan aku terlalu berlebihan dalam berpenampilan. “Mbohlah… ORANG DIPILIH KARENA DIA BERBEDA khan?” kata hatiku menenangkan aku saat itu. Hampir semua orang hanya memakai baju biasa, paling banter hanya pake dasi.
Pukul 8.30an Mbak Anne mulai menemui kami. Dia sampaikan sebenarnya saya hanyalah urutan ke-11 dan biasanya yang dipanggil hanya 10 orang aja, hanya karena skor total saya sama dengan urutan ke-10 maka saya juga dipanggil untuk wawancara. Ya Alloh Alhamdulillaaah. Kini saatnya untuk pengundian katanya…tunggu-tunggu akhirnya Mbak Anne bacakan urutan peserta wawancara. Saya yang datang pertama kali bahkan terlalu pagi ternyata memperoleh nomer urut…..TERAKHIR!!! Walaaaahhhh!!!
Ya wis…saya mencoba berprasangka baik, “Mungkin ini skenario Alloh agar saya diterima” pikir saya menenangkan diri. Saya jadi ingat berulangkali pengalaman lomba Lawak yang telah saya jalani “Pemenang setiap lomba adalah grup yang tampil PERTAMA atau grup yang tampil TERAKHIR” karena merekalah yang jauh lebih mampu meninggalkan kesan mendalam bagi juri. Akhirnya takdir Alloh itu aku maknai dengan analogi Lomba Lawak.
Meski mencoba tenang, waktu penantian wawancara dari jam 9 pagi sampai jam 16 sore terasa sangat laaaammmaaaaa. Kuhabiskan waktuku dengan menenangkan diri melatih kemungkinan jawaban-jawaban bahasa English ku di toilet hotel. Keluar masuk toilet sambil menghafal, mencuci muka, memasukkan air ke hidungku, semuanya kulakukan untuk membuatku terjaga dan tetap waspada. Saking tegangnya saya, sampai-sampai sebuah pengalama tak terlupakan siang itu, di ruang toilet hotel aku mengusap membersihkan wajahku bukan dengan pencuci muka BIORE namun malah keliru dengan Minyak Rambutku BREAL CREAM, dasar panik!!! :)
Break makan siang semua peserta meninggalkan hotel ke mall untuk mencari makan, sedang perut saya rasanya tidak berasa karena saya lebih memilih tinggal di ruangan tunggu dan kembali menghafal. Satu persatu peserta menjalani wawancaranya, satu-persatu cerita pertanyaan dan jawaban dari peserta yang baru selesai diwawancara kucatat dan kuingat agar aku mampu menjawab saat giliranku nanti….hingga akhirnya waktu menunjukkan jam 16-an dan hanya tersisa saya sebagai peserta wawancara terakhir. “Grup Lawak yang sering menang dan mudah diingat adalah peserta terakhir!!!” kata-kata dan pengalaman itu kuingat kembali untuk membakar semangat keyakinan diriku sambil melangkah memasuki ruangan.
Sederetan juri penanya masih sigap duduk didepan saya. Sekitar 3 orang Jepang dari Honda Company dan Kedutaan Jepang serta sekitar 5 pewawancara lain dari Indonesia. Pasti temen-temen mengenal Profesor Jimny Ashidiqie – Ketua Mahkamah Konstitusi, beliau adalah salah seorang alumni IATSS Forum Jepang dan Ketua tim seleksi wawancara saat itu. Seperti dugaanku semula, pertanyaan pembuka diawali dengan pertanyaan, “Please introduce your self…” Disinilah “pertunjukkanku” saya mulai. Saya tidak langsung memulai dengan berbicara namun saya mulai dengan membagikan makalah program-program apa yang saya tawarkan apabila saya terpilih sebagai peserta IATSS Forum. Ada yang lucu dalam makalah yang saya bagikan tersebut : karena saya saat itu memang nggak mampu English, maka dalam makalah itu hanya halaman judul dan item-item judul program yang saya tulis dalam bahasa English, selebihnya semuanya dalam Bahasa Indonesia!! :) Di situlah mereka mulai terkesan dan tertawa ….ha..ha..Indonesian!? kaget mereka saat mereka pengin mengetahui detail setiap program saya, setidaknya saya telah “memberi sesuatu yang berbeda”!!! Langsung kuawali perkenalanku dengan kalimat “azimat” saya “Thank you, my name is Tony but MY COMMERCIAL NAME is TONY PELITA HATI!!”…Nah disitulah mereka mulai tertarik mengorek tentang potensi saya dari sisi-sisi yang lain. Alhamdulillaaah hampir lebih dari 40 menit tak terasa session wawancara saya lalui dengan suasana gelak tawa dan semangat berbicara. Sampai-sampai saat keluar ruangan Mbak Anne bertanya-tanya ke saya, kenapa suasana wawancaranya malah jadi full ketawa?? :) Alhamdulillaah semua jawaban dapat saya jawab dengan benar dan memuaskan. Ya…saya setidaknya dapat membaca dari ekspresi mereka saat saya menjawab pertanyaan yang mereka tunggu kebenaran jawabannya.
Nunggu sekitar 30 menit, akhirnya semua peserta diundang masuk ruangan untuk mendengarkan hasil penilaian. Dari 11 orang dipilih 6 orang untuk 2 batch dengan masing-masing 2 orang peserta terpilih dan 1 cadangan. Alhamdulillaah, semua berkat rahmat Alloh, saya yang berpakaian “norak” sendiri sejak pagi akhirnya terpilih juga untuk beasiswa ini. Semuanya hanyalah berkas kemurahan dan ridlo Allooh.
Jadi beberapa tips untuk melamar beasiswa IATSS Forum ini menurut saya adalah:
1. Tampilkan dalam form anda prestasi-prestasi anda seluruhnya bukan hanya dibidang akademik saja.
2. Fokuslah pada kualitas Essay anda yang anda lampirkan dalam lamaran anda. Essay ini memiliki nilai yang sangat besar menentukan anda dipanggil wawancara/tidak. Pelajari keunikan budaya Jepang dan kolaborasikanlah budaya Jepang dan Indonesia dalam ide-ide tulisan anda.
3. Jika ada diberi kesempatan wawancara, tampillah seprofesional mungkin, tidak perlu malu-malu berpakaian profesional. Ingat orang sukses selalu “berbeda”.
4. Tetaplah bersemangat dalam wawancara dan siapkan serta latih setiap kemungkinan jawaban pertanyaan wawancara.
5. Jangan remehkan pertanyaan-pertanyaan teknis IATSS Forum seperti logo atau semboyan IATSS Forum.
6. Siapkan sebaik-baiknya visi anda dalam IATSS Forum dan sampaikan sebaik-baiknya, tunjukkan leadership anda dan potensi anda sebagai calon pemimpin Indonesia.
7. Selalu sejak awal jangan lupa sholat, berdoa dan “bertransaksi kebaikan” untuk memohon hajat anda ini kepada Alloh.

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda di sini . . . .!